Inilah
pesan paling indah sepanjang masa bagi orang-orang yang menginginkan indahnya
rumahtangga dan harmonisnya pernikahan. Pesan ini melintasi batas waktu dan
zaman.
Dahulu
kala, ada seorang raja di negeri Yaman yang bernama al-Harits bin Amru
al-Kindi. Ia mendengar berita bahwa ada seorang wanita yang terkenal dengan
kecantikannya. Wanita itu adalah putri Awf al-Kindi. Lalu sang raja mengutus
seorang wanita yang bernama Asham, sebagai comblang, kepada keluarga Awf untuk membuktikan langsung
kebenaran berita itu.
Maka berangkatlah Asham menuju rumah Awf.
Sesampainya Asham di sana, ia diterima oleh istri Awf yang bernama Umamah binti
al-Harits. Asham mengabarkan maksud kedatangannya. Lalu Umamah menemui salah
satu putrinya, yang dimaksud oleh Asham. Dari dalam kamarnya, Umamah berkata
kepada putrinya, ‘Wahai putriku, sesungguhnya di luar ada bibimu yang datang
kepadamu untuk ‘memperhatikan’ sebagian urusanmu. Keluarlah engkau. Temui dia.
Jangan kau sembunyikan apapun darinya. Berbicaralah kepadanya sesuai
pembicaraan yang dimaksud olehnya’.
Singkat
kisah, Asham kembali ke sang Raja, mengabarkan apa yang ia lihat. Ia kabarkan
bahwa wanita yang ditemuinya adalah seorang wanita yang wajahnya putih bersih
layaknya cermin dan untaian rambutnya tersusun indah.
Sang
Raja bulat hati melamar putri Awf. Lamaran diterima, dan Awf, sang ayah,
menikahkannya dengan putrinya.
Pada
malam pertama, Umamah, sang ibu, mendatangi putrinya. Sang ibu memberinya
nasihat berharga sebagai bekal perkawinannya.
Sang
ibu berkata, ‘Wahai putriku, engkau akan pergi dari rumah tempat engkau
dibesarkan menuju seorang lelaki yang belum engkau kenal dan kepada seorang
teman yang belum tentu dekat. Jadilah engkau seperti hamba-sahaya terhadapnya,
niscaya ia akan menjadi hamba-sahaya bagimu juga. Jagalah baik-baik 10 perkara,
maka engkau akan bahagia:
Pertama dan kedua, bergaullah dengannya dengan sikap merasa-cukup (qana’ah) dan dengarkan baik-baik
ucapannya dan taatlah padanya. Sesungguhnya dalam sikap merasa-cukup ada
ketentraman hati, sedangkan dalam mendengar dan taat ada keridhaan Tuhan.
Ketiga dan keempat, perhatikanlah tempat tatapan matanya dan penciumannya
tertuju. Jangan sampai matanya tertuju kepada dirimu di saat engkau dalam
keadaan jelek dan jangan sampai penciumannya tertuju kepada dirimu di saat
dirimu kurang wangi.
Kelima dan keenam, perhatikanlah waktu tidur dan makannya, karena panasnya
lapar dapat membakar perasaan dan kurangnya tidur dapat menimbulkan marah.
Ketujuh dan kedelapan, jagalah hartanya dan perhatikan kemuliaannya dan
keluarganya. Mengatur harta secara baik adalah dengan cara melakukan takaran
yang baik, dan menjaga keluarga secara baik adalah dengan cara mengatur yang
baik pula.
Kesembilan dan kesepuluh, janganlah engkau melawan perintahnya dan jangan bongkar
rahasianya. Jika engkau melawan perintahnya, berarti engkau membuatnya dadanya
cemburu. Jika engkau bongkar rahasianya, maka engkau tidak akan aman dari
tipu-dayanya. Janganlah engkau bergembira di hadapannya di saat ia sedang
bersusah hati, dan jangan pula engkau bermuram durja di saat ia sedang bahagia.
Sumber:
Kisah ini diambil dari tulisan Ibnul Jauzy dalam kitab Ahkam an-Nisa’.