Ahlan Wa sahlan di Catatan nir.. Semoga menginspirasi bagi yang menikmatinya ^_^ Salam embun

Jumat, 15 Februari 2013

Yang dinanti tak kunjung datang....



Pagi ini  saya sempatkan untuk mengunjungi eldu*a, setelah sekian lama tak menyambengi dan bersilaturahmi dengan mbak2 di sana. Saya sapa bagaimana kabarnya, dan beliau membalas menyapa dengan pertanyaan, “dek uda lama ya ga ke sini?”. “iya mba, belum sempet, hehe, gimana mbak, dianter suaminya kan?”. “iya donk dek”. 

Obrolan kami berlanjut, dan ketika itu ada pasien yang sedang bahagia atas kehamilannya, dan kebetulan dari orang yang berada di situ sudah menikah, kecuali saya (Insya Allah sebentar lagi mohon doanya). Merekq asyik mengobrol atas kehamilan, berharap segera mempunyai keturunan (maklum ibu-ibu, he), dari bagaimana cara agar hamil, bagaimana tanda-tanda hamil, bagaimana agar sehat waktu hamil, de el el pokoknya tentang kehamilan. Nampaknya masa mereka paling enak dan asyik untuk membahas masalah seperti itu, bukankah yang diinginkan para pasangan suami istri adalah keturunan? Ya, membangun keturunan untuk  peradaban generasi Islami ini dan memang benar Rasulullah SAW memang mencintai umat yang banyak yang tak lain halnya sebagai generasi penerus di muka bumi ini dalam menebarkan syiar Islam.

Tapi di tengah asyiknya mereka ngobrol, mbak yang sedari tadi bersama saya nampaknya tengah merasakan kekalutan hati karena beliau pernah bercerita ke saya yang sampai sekarang belum dikaruniai keturunan di usia pernikahan yang bisa dikatakan cukup, beliau diam saja ketika yang lain tengah bercerita mengenai keturunan, ya, beliau dan keluarga sangat mengharapkan hadirnya keturunan di tengah keluarga kecilnya, bahkan beliau bilang tengah divonis dokter tidak mempunyai keturunan, tapi saya menyangkalnya, “ mbak itu hanya vonis dokter, dokter bukan Tuhan, dokter bukan yang menentukan, tapi Allah, kalau Allah sudah berkehendak, Kun fayakun”, ada kan sudah divonis dokter tapi salah? Ada kan perkiraan dokter meleset? Nah semua itu Tuhan-lah yang menentukan. Beliau menyadarinya, dan beliau mengatakan serta dapat mengambil pelajaran dari ini semua karena dengan ini kita dapat lebih bersyukur lagi, Allah sayang pada kita, karena seseorang yang akan lulus harus menempuh beberapa ujian terlebih dulu, beliau juga mengatakan dengan ujian seperti ini katanya suaminya menjadi lebih perhatian dan setia. Dan beliau berpesan, dek kalau tidak diuji seperti ini saya itu ga akan pernah bersyukur, dan rencana Allah itu sangat indah dek, syukuri ya, sebenarnya masalah yang kita hadapi itu tidak sebanding dengan masalah orang lain yang tidak kamu ketahui.. 
 
Kita perlu menengok, kisah Nabi Ibrahim a.s yang mana Allah memberinya anak manakala yang bersangkutan dan istrinya sudah tidak muda lagi, 
Allah berfirman, artinya, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira kelahiran Ishaq dan dari lshaq akan lahir Ya’qub. Istrinya berkata, Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan padahal aku adalah wanita tua dan suamikupun sudah tua pula? Sesungguhnya ini merupakan sesuatu yang benar-benar aneh.” 
                  (Huud: 71-72).
 
Bertawakal kepada Allah dengan menyerahkan masalah kepada-Nya semata. Sikap tawakal merupakan salah satu senjata seorang mukmin dalam menghadapi perosalan-persoalan sulit. Berapa banyak problem hidup yang terangkat oleh sikap tawakal yang kepada Allah, tanpa terkecuali problem kesulitan dalam mendapatkan keturunan. Allah berfirman, artinya, “Dan barang-siapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya.” (Ath-Thalaq: 3). Sebuah janji yang pasti dari Allah bahwa dia akan mencukupi kebutuhan siapa yang bertawakal kepadaNya, tanpa terkecuali kebutuhan kepada hadirnya anak. Sipp mba… Semangaat ya.. Senang bersahabat dengan njenengan ^_^

*Sebelas Maret 15 Feb 2013, 16;23

0 komentar:

Posting Komentar