Ahlan Wa sahlan di Catatan nir.. Semoga menginspirasi bagi yang menikmatinya ^_^ Salam embun

Kamis, 11 April 2013

Weeh.... Cinta ya?



Kamis, 7 Maret 2013
Alhamdulillah, separuh agama telah kami tunaikan, bahagia. Menikah dengannya sebuah anugerah terindah, entahlah kami yang sebelumnya tak pernah bertemu, tak pernah kenal, dan tak pernah menyangka sebelumnya, tapi karena izin Allah dan telah tertulis indah di Lauhul Mahfudz jauh di atas sana, kami di pertemukan dalam pelaminan, ikatan suci atas nama Allah. Insya Allah…

Jum’at 5 April 2013
Hari ini adalah hari yang menyedihkan buat saya, berpisah untuk sementara waktu dengan seseorang yang saya cintai, “My Lovely Husband”.
Sebuah sarana transportasi  (baca: bus) ini menjadi saksi bisu kesedihanku, selalu berharap melaju dengan pelan, ingin waktu berputar kembali ke masa bersama, mengharapkan kejadian ini tak terjadi, tapi bodoh jika saya menghendaki demikian, bukankah hidup itu pilihan, tinggal kita mau menjalani atau tidak, benarkan demikian? hmm…. 

Lima minggu menjalani kebersamaan dengannya, canda, tawa, lucu-lucuan, sedih-sedihan, maen bersama, dinasehatin setiap hari kalau saya melakukan kesalahan, Qiro’ah bersama, sholat jama’ah, ngobrol bareng, sepedaan keliling jalanan, diskusi bersama, diberi Tausiyah ba’da maghrib, dan lain-lain. Alhamdulillah ‘adem-ayem, tentram, bahagia, dan Insya Allah sakinah, mawwadah wa rahmah’ bukannya pernikahan memang untuk memadu cinta dan kasih? Ya Alhamdulillah saya merasa sakinah bersamanya.. semoga kita bertemu sampai Jannah-Nya, aamiin :*
Perpisahan yang insya Allah sementara ini mungkin pilihan yang terbaik yang kami ambil, meskipun ada rasa keberatan untuk berpisah di hati kami berdua, ada rasa kehilangan, sayap tak terbang sebelah, kaki berat melangkah, hidup rasanya tak lagi segar, kalau kata bang Tere Liye “Itu benar, terkadang bagi pasangan yang saling mencintai, kepergian salah satunya bisa berarti kehilangan separuh jiwa—termasuk kehilangan separuh kesegaran fisik.”

Tapi, bukankah ini untuk kebahagiaan kita? Iya, berpisah untuk sementara waktu, saya anggap hal ini seperti halnya saya menantinya, saya menunggunya, saya beristikhara’ meminta kemantapan hati pada Allah untuknya, saya setia menunggu lamaran dengan orangtuanya, saya menunggu lantunan Ar Rahman sebagai mahar pernikahan darinya, dan saya setia menunggunya untuk kembali lagi bersama baik suka maupun duka. Iya, di sini saya bahagia, menunggu untuk kebahagiaan kami berdua, dan di sini pula saya akan tetap berjuang agar saya juga bisa kembali menghias wajahnya dengan siratan kebagiaan. Entah sampai kapan, tapi saya menginginkan kita secepatnya akan ketemu kembali, sayang, baik-baik di sana ya, kita harus kuat demi kebahagiaan bersama… saya bersyukur seorang yang Insya Allah shalih dapat menuntun saya dalam kebaikan dan Insya Allah sampai Surga, Semoga Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa keberkahan mengiringimu suamiku. 

"Sekarang aku mengerti apa itu kebahagian dan apa itu kesedihan. Kebahagian adalah saat aku bersamamu dan kesedihan adalah saat aku jauh darimu."
- Dwi Apriyanto. "Pelajaran hidup"
#Jum’at 12 April 2013, 1:26 Pm

0 komentar:

Posting Komentar