Ahlan Wa sahlan di Catatan nir.. Semoga menginspirasi bagi yang menikmatinya ^_^ Salam embun

Sabtu, 02 Mei 2015

HAFSHAH ABDILLAH

Sabtu, 3 Mei 2014. Teriring syukur pada-Mu ya Rabb, Alhamdulillah mujahidah kecil kami bisa merasakan udara dunia setelah berada dalam rahim kurang lebih 9 bulan 10 hari. Bahagia. Subhanalloh. 

Sesar keputusan yang kami ambil berdasarkan anjuran dokter secara medis, ya ini memang takdir yang harus saya jalani meskipun banyak yang menginginkan lahir secara normal. 

Pukul 14.06 wib, Alhamdulillah seorang putri telah berhasil dikeluarkan dari rahim saya, lalu dibawalah oleh dokter ke ruang bayi dan suami saya menyusulnya. Sementara saya masih harus berada di ruang operasi agar kembali sadar dari pengaruh obat bius, dan ibu saya menunggu dari luar. 

Sakit memang, saya tidak bisa bernafas, sekujur tubuh tak berasa, hanya angkat tangan yang bisa saya lakukan pertanda saya butuh pertolongan sehingga dokter akan mendekat, hanya pasrah (Allah, Allah, Allah aku berusaha ikhlas atas skenario ini)

Ba’da Isya’ yang bahagia penuh haru biru, saya melihat putriku untuk pertama kali, saya yang belum sadar betul seketika menjadi sadar dan tak merasakan sakit akibat sesar, saya menciumnya dan memulai untuk menyusuinya, Alhamdulillah RS ini mendukung IDM sehingga bagaimanapun caranya anak lahir harus diberi asi tidak dengan sufor. Begitu lucu menggemaskan putri mungil ini. 

Selama di RS kami memang sengaja tidak menitipkan putri kami di ruang bayi, seperti kebanyakan orangtua lainnya yang menitipkannya, kami meminta agar putri saya tidur dengan saya sehingga kapanpun ia membutuhkan saya selalu ada di sampingnya, atau dia ingin merasakan kasih sayang ayahnya juga tak jauh ataupun dia ingin merasakan ikhlasnya neneknya juga dekat. 

Tepat 7 hari, mencukur rambut, membagikan daging aqiqah, memberi nama, dan mujahidah kami beri nama “HAFSHAH ABDILLAH” dengan panggilan Hafshoh, lhoh kok beda antara tulisan dan panggilan?he. Setelah ditransliterasikan dari Arab ke Indonesia, huruf “Shad” dalam kata “Shah” ketika dibaca dalam versi arab menjadi “Shod” sehingga dibaca “Shoh” iya Hafshoh, he he… 

Kami memberi nama ini dengan harapan putri kami menjadi hamba Allah seperti Hafshoh putri Umar bin Khattab yang juga menjadi istri dari Rasululloh SAW yang menjaga mushaf Alqur’an pertama kali di zaman khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, serta Hafshoh yang menjaga ibadah, shalat malamnya, pandai dalam hal sastra, bahasa, dan keilmuan. Aamiin. 

Hafshohku sayang, tumbuh sehat, cerdas, menjadi pribadi sholehah ya nak, doakan ayah dan bundamu senantiasa dapat mendidikmu dan adik2mu kelak (he he) menjadi insan sholehah nggih! Bunda teringat sayang ketika engkau masih dalam rahim, bunda bawa engkau memperjuangkan skripsi, ketika sidang ujian, mengurus wisuda, pulang pergi Bogor-Solo untuk bertemu ayahmu, he, pergi ke luar kota yang lainnya juga selalu bunda ajak, he.. Dan hadirnya amanah Allah ini berupa engkau semata-mata untuk membangun keturunan untuk  peradaban generasi Islami. Memang benar Rasulullah SAW mencintai umat yang banyak yang tak lain halnya sebagai generasi penerus di muka bumi ini dalam menebarkan syiar Islam. Sayang Hafshoh ..


Makamhaji, 8;58 pm
2 Mei 2015