Aku bahagia ku dipertemukan
belahan jiwaku
Tuhan persatukan kami untuk
slamanya hingga bahagia di Surga-Mu
Pegang tanganku, tataplah
mataku
Engkau ditakdirkan untukku
*Nasyid
Sejak awal menikah tepatnya 07 maret 2013, kami memang
telah memutuskan untuk siap berpisah. Lhoh? Kok malah pisah? Iya pisah hihi.
Mau tak mau itu takdir yang harus kami jalani, kami berpisah berlainan daerah,
suami saat itu sedang melanjutkan studi lanjutnya di Kota Bogor dan saya harus
menyelesaikan kuliah saya di Solo.
Kapan ya ketemunya?
Yahh berat memang, tapi kami tetap mempunyai
prioritas untuk bertemu beberapa minggu atau bulan sekali demi menjaga hubungan
pernikahan yang harmonis. Biasanya suami yang mengunjungi saya bahkan suami
rela mengunjungi hanya beberapa jam saja, iya karena sabtu siang menjelang sore
sampai dan esok minggunya harus kembali lagi. Pernah juga saya yang
mengunjunginya dengan modal nekat sendirian waktu hamil muda, yah mungkin
terlihat lebay dikit-lah. Tapi anehnya saya merasa tidak capek, tidak berat,
ringan seperti perjalanan dekat saja begitupun juga apa yang dirasakan suami
sama. Mungkin karena merasa bahagia kali ya semuanya jadi enteng teng teng
hihi… karena istri mana sih yang ingin berjauh-jauhan dengan suami?he
Sampai sekarang pun di usia pernikahan kita dua
tahun lebih kami masih mengalami LDM an. Sekarang berbeda karena sudah ada
mujahidah kecil kami, mau tak mau si putri kecil harus berpisah dengan ayahnya.
Yah, demi kebaikan bersama insya Allah. Suami harus menyelesaian tugas akhirnya
dan pekerjaan di kantornya sedangkan di sini saya harus tetap berjuang dan
ikhtiar untuk kesembuhan dan kesehatan mujahidah kami.
Tak pernah berhenti kami selalu berkomunikasi
baik via whatsapp, sms, line, bbm, messenger, bahkan email atau fb. Kalau pulsa
habis pinjem hp saudara ataupun orangtua hihi. Komunikasi kami memang bisa
dibilang agak lebay, tanya kabar, sedang
apa nih mas? Sedang buka leptop, he. Makannya lele lagi? kamu ga tidur kenapa
yunk? Beli buah aja yunk. Nih sedang bawa bolpen, nih sedang menyapu. Hihi…..
tapi itu bagi kami suatu sarana untuk saling menjaga kedekatan kami dan
walaupun sepele pertanyaan atau jawaban itu sangat penting bagi kami. Tak
membosankan sama sekali karena hal ini dilakukan dengan pasangan yang halal.
Dijamin rasanya lebih bebas dan leluasa dalam berkomunikasi. Tak hanya itu juga
suami selalu dan sering menasehati apa yg seharusnya saya lakukan, apa yang
selayaknya saya berikan untuk kebaikan diri dan banyak orang.
Hmm… Banyak teman suami yang juga LDM an dengan
istri maupun anaknya, begitu juga teman2 saya juga LDM an dengan pasangannya.
Apakah selamanya kita akan seperti ini? LDM an terus? Masak misal nikahnya uda
beberapa tahun ketemunya bisa dihitung dalam hitungan bulan? Kan ga asyik yaa
he… kami sepakat menjawab, Insya allah tidak, kami akan berusaha untuk tidak
LDM an terus dan pasrah semua ini atas kehendak Allah juga selalu berdoa untuk
kembali didekatkan dan kembali berbagi aamiin.
Tapi kami selalu berusaha juga untuk bersyukur banyak
di luar sana yang juga mengalami LDM-an bahkan yang hidup bersama yang jauh
lebih memprihatinkan dengan segala problematikanya. Kita sebagai hamba hanya
bisa menjalani ini dengan semaksimal mungkin penuh kebaikan. Kita selalu
berusaha dan menunggu apa yang dikendaki Allah selanjutnya, semoga kita segera
dipersatukan kembali untuk mengisi dan berbagi dengan penuh kemanfaatan. Putri
kami juga segera pulih sembuh dan sehat. Semoga segera bersama dan sehat semua,
aamiin.
Makamhaji, Rabu 7 OKt 15
10;01pm