Ahlan Wa sahlan di Catatan nir.. Semoga menginspirasi bagi yang menikmatinya ^_^ Salam embun

Kamis, 09 Agustus 2012

Aku lebih senang memanggilmu ‘BAPAK’ (sayang bapak selamanya ^_^)


10 agustus…
bapak, mungkin engkau lupa atau terlupakan akan tanggal itu, tapi bagiku tidak, karena akan selalu kuingat… iya hari ini, tepat berkurangnya umur engkau di dunia ini. Bapak, semoga Allah selalu menjagamu, memberkahimu, melindungimu, dan memberi kesehatan bagimu, semoga yang terbaik untukmu… Miss u so much…

Aku lebih senang memanggilmu bapak, karena kata ‘bapak’ memiliki arti yang mendalam, kata bapak menurutku mempunyai arti ketegasan, berkharisma, berjuang, perhatian, kasih sayang, membiarkan kita tegar, serta sosok yang disegani dan hormati. Sahabat, coba liat, Presiden Soekarno disebut ‘bapak Proklamasi’, Presiden Soeharto dia disebut sebagai ‘bapak pembangunan’, Moh Hatta disebut sebagai ‘bapak koperasi’, dll. Begitu indah, kata ‘bapak’ selalu dipakai kepada orang2 yang berhasil. Beda dengan kata, ayah, papa, papi, dedy, pipi, bokap, dll. Maka dari itu aku lebih senang memanggilmu BAPAK. Dan bapakku, adalah BAPAK TERHEBAT di dunia ini…

Bapak, dengarkan sedikit curahan putrimu di hari ini yaa…

Ketika sosok merah mulai menghirup udara dunia
Ketika itu pula niat muliamu menjadikanku anak yang berguna
Dan hatimu sangat bahagia
Berharap menjadi bidadari kecil yang selalu menerangi jiwamu dan keluarga

Engkau selalu menanamkan arti hidup ini
Dari kecil aku telah kau ajarkan hidup mandiri
Hidup ‘rekoso’
Penuh perjuangan
Bapak berkata :
Memang kita bukan keluarga kaya
Bukan konglomerat juga bukan elitis, nduk
Jadi kemandirian, ketegaran perlu kau punyai…
Kita hidup sederhana, kata cukup itu sangat indah…
Kelak ketika kau menginginkan sesuatu
Maafkan bapak jika tak bisa memenuhi semua mau.mu

Bapak, Iya aku paham
Tapi sayangmu tak pernah bertepi pada bidadari kecilmu ini
Teringat ketika tangan ini tak sampai
Engkau selalu menyambungnya
Ketika kesulitan menghabiskan makanan
Engkau selalu membantu agar aku tak melakukan kemubadziran

Ketika aku tak bisa tidur di nyenyaknya malam
Engkau meringis sakit di hati terdalam
Nyanyian jiwa seni selalu kau ucapkan
Sebagai penghantar tidurku

Dan masih segar di ingatanku
Engkau mengajariku untuk selalu cinta
Iya, cinta keluarga, cinta sesama, cinta belajar, cinta pekerjaan
Dan cinta yang urgent
Cinta pada Allah Swt…

Cinta pada Tuhan, Allah Swt …
Engkau selalu menasehatiku tentang keutaamaan Islam, moral, dan akhlaq.
Engkau tidak memintaku menjadi orang yang tinggi jabatan
Cukup dan luar biasa engkau hanya ingin aku menjadi insan sholeha

Cinta keluarga…
Engkau mengajariku selalu mencurahkan waktu lebih ke keluarga
Mengajari adab baik berkeluarga
Terkadang kau sangat cemburu ketika aku lebih banyak beraktivitas dengan duniaku di luar, maafkan aku bapak…

Saat engkau mendapat jamuan dari kegiatan pekerjaan
Selalu dan tak pernah absen, jamuan selalu kau bawa pulang
Untuk apa itu? Semata-mata engkau ingin berbagi meski kecil dan tak seberapa, karena kau tak akan tega memakan itu sendirian
Kini, ketika kau telah purna dari pekerjaan
Hal seperti itu masih saja terus berlanjuut
Subhanalloh, aku mengerti, itu nilai sayang dan berbagi

Cinta akan sesama
Sering kali kau mengajakku safari daerah
Mengajarkanku arti silaturahmi penyambung kebaikan sesama

Cinta bekerja…
Selalu dan selalu dengan keikhlasan,
Ingat nduk, kalau kerja itu harus ikhlas, selain menjadi ringan, insya Allah pahala didapat…

Cinta untuk selalu belajar…
Sedari kecil kau selalu memberiku buku bacaan
Dari berbagai jenis buku, agar aku terbiasa rajin belajar
Dan ketika itu kau menyuruhku membaca dan belajar dari sebuah buku yang kau sodorkan padaku
Buku dengan judul “kepada putra-putriku”
Seketika itu aku menangis karena aku selalu gagal dalam berbakti padamu
Sampai sekarangpun aku sangat takut melihat buku itu
Karena baktiku belum seberapa untukmu

Kini buah dari penanaman nilai belajar sedikit nampak
“bapak, aku berhasil menyabet juara satu”
Aku ingin kau sedikit memujiku
Tapi, sama sekali kau tak memujiku
Kau hanya berkata
“Alhamdulillah, harus berjuang lagi”
Selalu saja kata itu yang keluar…
Tapi aku belajar dari itu
Kenapa kau tak pernah mengeluarkan kata bangga padaku
Karena…
Bapak engkau menginginkanku agar tak cepat puas
Tidak sombong dan tak perlu membanggakan diri atas pencapaian kita

Kini…
Bidadari kecil telah berubah menjadi dewasa
Penanaman sedari kecil telah melekat di kalbuku
Tapi
Aku belum sepenuhnya berbakti padamu
Aku takut jika suatu saat aku di cap oleh Tuhan sebagai anak yang gagal dalam bakti orangtua
Kini intens harus kuperbaiki lebih
Aku ingin berbakti padamu

Bapak doakan putrimu nggih?
Nduk, orangtua pasti ingin yang terbaik buat putrinya…
Tak perlu kusebut doa-doaku untukmu
Biarlah aku dan Tuhan yang Tahu
Dan Tuhan yang mengabulkannya



#terima kasih bapak, kini aku telah terbiasa hidup sederhana, mandiri, tegar, dan rekoso dalam menjalani hidup, tak lepas itu semua karena pendidikanmu…
Kita memang tidak kaya harta, tapi kita harus Kaya hati nggih nduk,
Bapak miss u so much…
Aku melihatmu sebagai sosok yang sangat sederhana
Karena memang kita hidup penuh kesederhanaan
Tidak dengan materi berlimpah

Wish u all the best… Semoga Allah swt selalu memberimu yang tebaik, Barokalloh… 
ini baru sedikit curahan, Insya Allah kapan2 lagi yaa :D

*Jum’at 10 agustus 12
11:10 AM

0 komentar:

Posting Komentar