Hancur suatu negara karena
bobroknya karakter bangsa
Karakter jiwa naturalisme bangsa
Karakter realisme akhlak terindah
Nan bergelar desain besar
Demi kokohnya moralitas negeri
“Innama
bu itstu liutammima makarimal akhlak”
K
|
arakter merupakan jiwa terindah bangsa
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia yang mengglobal ramah di kancah
internasional, semua itu karena Indonesia sebagai negara yang berbangsa penuh
karakter nan baik. Tak hanya konsep, pola, format, desain saja yang apik akan
tetapi perlu sebuah realisme menuju tangga kenyaataan dalam mengembangkan
pendidikan karakter bangsa Indonesia hingga mencapai desain besar yang
terintegral dalam pendidikan dewasa ini agar garis das sollen senantiasa
seimbang dengan garis das sein. Karena pendidikan karakter merupakan bagian
yang terintegral dari pendidikan kita, suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
dan bersifat satu kesatuan yang utuh. Akan tetapi dalam kenyataannya bangsa
kita menghadapi tantangan yang sangat berat yang merupakan challenge bagi
bangsa Indonesia, kita bisa melihat bangsa kita mengalami suatu efek dari
degradasi moral, tawuran pelajar sering kita jumpai, tindak kekerasan, pelajar
yang yang tidak memiliki sopan santun, membolos, berjudi, berbohong, tidak
beribadah, menggunakan narkotika sampai
terjadinya inkoherensi atas retorika pendidikan karakter itu sendiri. Pendidikan
karakter merupakan solusi dalam membenahi sikap dan kepribadian nasional sekarang
yang mengalami disorientasi dan terpuruknya derajat karakter yang lemah.
Sesungguhnya Islam juga sangat memandang penting akan pendidikan karakter itu
sendiri
Setumpuk
mengenai Pendidikan Karakter
Ditinjau dari sudut etimologi, kata
“karakter” atau dalam bahasa Inggris disebut “character” berasal dari
kata Yunani “charassein”Webster’s New World Dictionary of the American
Language diartikan sebagai “pola perilaku moral individu.” Oleh karena
itu, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai upaya membentuk pola
perilaku moral individu yang baik lewat proses berkesinambungan yang berarti
“mengukir.” Menurut Ki Hadjar Dewantara, di dalam jiwa, karakter itu adalah
imbangan yang tetap antara hidup batinnya seseorang dengan segala macam
perbuatannya. Oleh sebab itu, seolah-olah menjadi lajer atau sendi di dalam
hidupnya, yang lalu mewujudkan sifat perangai yang kusus buat satu-satunya
manusia. Menurut Prof. Furqon Hidayatulloh selaku Dekan FKIP UNS sekaligus
penulis buku GURU
SEJATI:
“Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas, pendidikan karakter
ini membutuhkan teladan dan pola pembiasaan dari siswa dengan lingkungannya. Bangsa
ini hanya bisa diobati dengan pendidikan karakter yang ruhnya terletak pada
bidang pendidikan.
Mengapa
perlu desain yang besar bagi Pendidikan Karakter ?
Di sini saya mencoba mengangkat
bagaimana desain pendidikan karakter berawal, dari mana dimulai dalam mendesain?
saya berasumsi bahwa peletakan format, konsep, dan desain pendidikan karakter
bermula dan ditanamkan serta dikembangkan di dalam mozaik bidang Pendidikan,
karena apa? saya rasa pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam menanamkan
dan membumikan karakter, lewat pendidikan merupakan pilihan yang tepat untuk
menindaklanjuti karakter suatu bangsa, hal ini senada dengan amanat dalam
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembentukan karakter merupakan salah satu
tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di
antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas
tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia
yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas
nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Selain itu juga kita dapat menilik dalam
ajaran Islam bahwa Rasululloh SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan
akhlak (Innama bu itstu liutammima
makarimal akhlak). Telah tergambar jelas, Suri tauladan kita secara
langsung ditus Allah untuk memperbaiki akhlak kita, moral, atau karakter kita
dalam kehidupan sehari-hari lewat Al Qur’an dan Sunnah, kini saatnya kita
mengemban dan memegang tongkat estafet dalam turut serta membangun karakter
bangsa Indonesia ini.
Membangkitkan
Kembali Pendidikan Karakter menjadi the Great desain
Quo Vadis Pendidikan Karakter? Mau
dibawa kemana pendidikan karakter kita di tengah keterombang-ambingan persoalan
moral yang menciderai karakter bangsa? Sebuah realita yang mau tak mau karakter
bangsa harus dibangkitkan kembali, membumikan nilai-nilai karakter di
tengah-tengah kehidupan global ini. Akan tetapi membentuk karakter bangsa
tidaklah semudah membalikan telapak tangan, karena itu semua diperlukan political will yang kuat dari pihak
pemerintah karena pemerintah memiliki kekuasaan atau power dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter ini. Sejarah bangsa Indonesia mencatat
bahwa pada dua dasawarsa pascakemerdekaan Indonesia pembangunan nasional yang
digarap pertama kali adalah di bidang politik yakni membangun bangsa dan
karakter seluruh masyarakat Indonesia yang berisi semangat nasionalisme, rasa
cinta tabah air (Wibisono, 1998: Poespowardojo, 1991 : 2). Melihat hal tersebut
telah tergambar jelas bahwa pembangunan pendidikan karakter telah menjadi
agenda besar bangsa Indonesia sejak lama. Dan kini saya rasa bahwa pentingnya
pendidikan karakter dalam membangun generasi bangsa dan muda yang nantinya akan
menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki karakter kuat, maka
diperlukannya pendidikan karakter yang sangat tepat dalam pengimplementasiaanya
sebagai sebuah desain yang besar bagi pengembangan karakter, perlunya sebuah
kerjasama yang saling mendorong baik dari keluarga, masyarakat, pemerintah,
maupun dari pihak pendidikan, yakni sekolah, lembaga pendidikan (sekolah)
merupakan sarana yang tepat dan strategis dalam membentuk karakter anak didik
(bangsa) karena dimulai dari situlah, dari tauladan seorang pendidik akan
didapatkan generasi bangsa atau peserta didik yang mencerminkan karakter baik
dalam sikap, perilaku, maupun ucapannya. Hemat saya, the great of Character
yang saya ambil dari beberapa sumber bahwa dalam menerapkan pendidikan karakter
tentang penanaman nilai-nilai luhur itu berdasarkan pada Agama yang telah jelas
dalam agama mengatur akhlak atau karakter baik dan juga ideologi kita yakni
Pancasila yang juga dijadikan dalam sumber penanaman karakter serta UU No 20
tahun 2003 tentang sisdiknas kesemua sumber tersebut menjadi acuan dalam
menerapkan desain nilai-nilai karakter dengan menginternalisasi nilai-nilai
tersebut menjadi integratif dan tak luput dari itu semua, diperlukan sebuah
tindakan nyata untuk merealisasikannya dengan metode mengajarkan nilai-nilai
karakter, keteladanan dari seorang pendidik yang mana guru dalam bahasa jawa
berarti digugu lan ditiru
sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri. Selain itu juga
menentukan prioritas dengan menerapkan standar karakter yang ingin dicapai
kemudian membuat praksis prioritas tersebut dengan memverifikasi sejauh mana
realitas pendidikan karakter dilaksanakan juga perlunya refleksi atas
pendidikan karakter itu sendiri. Terlebih lagi penerapan pendidikan karakter
jika ditanamkan di lembaga sekolah diperlukan proses pembudayaan dan
pemberdayaan dari setiap satuan pendidikan itu sendiri, dan bantuan keluarga
serta masyarakat dengan pola pembiasaan atau habituasi yang diimbangi dengan
pendukung dari kebijakan itu sendiri maupun aparat dalam pendidikan sehingga
dapat menghasilakn output berupa perilaku yang berkarakter dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun nilai-nilai luhur dari karakter yang ingin dicapai antara
lain adalah : religious, jujur, toleransi, disiplin, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, peduli lingkungan dan social, demokratis, cinta tanah air, nilai
moral, dll. Pendidikan Karakter dapat dibangkitkan kembali dengan konsep besar
yang kesemuanya harus dilibatkan secara optimal dan sinergi yang kuat dalam
menangani berbagai persoalan karakter bangsa ini. Pertanyaan kembali ke anda,
mungkinkah membangkitkan kembali pendidikan karakter bangsa ?
*Rabu, 2 Januari 2012 5:17 am*
0 komentar:
Posting Komentar