Menulis
ini, saya selalu teringat nasehat bapak yang selalu melarang saya dan adik pergi
ke “pasar malam” tak peduli tingkat apa, tingkat RT pun sangat dilarang juga. Saya
selalu bertanya, kenapa tidak diperbolehkan? Beliau hanya menjawab, “bapak
melarang kamu” tanpa dijelaskan alasannya dan saya suruh mencari jawaban itu
sendiri.
Kemarin,
saya pulang agak terlambat dari waktu biasanya karena menyelesaikan proyek
mikro terlebih dulu, saya sengaja pulang melewati acara rutin di Kota ini yang
serupa dengan pasar malam. Nampaknya mengasyikan, merakyat, penuh dengan
kebahagiaan di raut wajah orang-orang yang mengikutinya, terjadi jual beli di
sana-sini, para penjaja sibuk mencari rezeki, ah nampaknya ingin turut berbagi
bersama mereka.
Sepanjang
jalan saya hanya bisa mengamatinya dari motor yang terus berjalan, dan mata
saya tertuju pada segerombolan orang yang ada di setiap titik, banyak laki-laki
yang bertato, nongkrong tidak jelas, pencampurbauran antara laki-laki dan
perempuan yang sudah tak mengenal etika, para wanita berdandan ‘menor’ entah
apa yang mereka inginkan, penjual menjajakan dagangannya dengan harga yang tak
wajar, dan hanya hura-hura yang ada di tempat itu, ya mungkin dapat melepas
penat untuk hiburan, tapi kalau kita tidak bisa mensiasatinya kita akan terkena
dampak buruk, memang biasa, tapi madhorotnya luar biasa.
Ya,
saya tahu maksud bapak yang selalu melarang saya untuk pergi ke acara seperti
itu, bapak hanya ingin menjaga putri-putrinya dari hal seperti itu yang
dikhawatirkan banyak madhorotnya…
“Dan orang-orang yang
tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)”.
#terimakasih bapak :*
Jum’ah 18 Januari 2013, 12:12 PM
Lab. Civic ed. UNS
0 komentar:
Posting Komentar