Penghujung
tahun 2012, merefleksi tahun ini apakah sudah banyak kebaikan yang telah
diperbuat, apakah telah sabar, tawwakal dalam mengarungi hidup, apakah ilmu
yang dipelajari telah diamalkan? tak hanya tahun ini saja, akan tetapi
perefleksian tahun2 kemarin guna perbaikan totalitas tahun 2013 dan Insya Allah
tahun selanjutnya… aamiin…
Di
Penghujung tahun ini, sebuah pelajaran kembali saya dapatkan, bahwa tak
selamanya orang pandai itu secara aplikatifnya juga pandai, orang berilmu secara
praktiknya dapat menerapkan wawasan ilmunya, orang yang telah lama bahkan
sedari buaian telah diterapkan nilai-nilai kebaikan juga belum tentu menjadi
orang baik.
Tidak
bermaksud menjelek-jelekan orang, dan saya pun tidak akan menyebut siapakah dia,
di mana rumahnya, dll. Akan tetapi sosoknya ini dapat menjadi pelajaran buat
kita semua,
“Seperti
biasa rutinitas saya setiap Ahad, saya menjumpai sosok yang dari pengakuannya
sendiri telah lama menuntut ilmu agama, orangtua telah mendidiknya kajian Islam
sedari kecil, kuantitas memperdalami agama lebih lama dari saya, dan mungkin
banyak lebihnya dari pada saya, ketika itu saya tidak sengaja mendengar
berbagai pembicaraan beliau dengan rekannya, dan tanpa saya sadari mereka
membicarakan keluarga besar saya, ternyata beliau mengenalnya, akan tetapi tak
berhenti di situ saja, berbagai cerita mengenai keluarga saya telah dicampur
bumbu yang tidak sedap, kebanyakan garam, kurang air, terlalu banyak memakai
MSG bahkan kelebihan sehingga rasanya “eneg”,
bahkan masakan ceritanya menjadi hitam pekat, Gosong. Saya yang mendengar hanya bisa
beristighfar, nampaknya mereka memang tidak tahu kalau saya adalah bagian dari
keluarga yang sembarangan mereka masak ceritanya sendiri itu, saya ingin
meluruskan cerita ‘gosong’ tadi akan tetapi mereka semakin menambah kapasitas
api yang membara, tapi hanya doa yang saya panjatkan, agar diberi Hidayah oleh
Allah, s.w.t”.
Hmmm,
hai orang berilmu !
Bukankah,
penentuan kuantitas lamanya menuntut ilmu, mengaji, mengkaji agama secara
otomatis akan berhubungan dengan kualitas iman seseorang? Nampaknya, belum
semua, ada orang yang telah lama mengaji tingkat iman, pemahaman, ketawaduan,
keistiqomahannya juga semakin tebal, ada yang baru saja mengaji, sudah tebal
segalanya, tapi ada juga yang telah lama mengaji, justru tipis pemahamannya,
bahkan tidak berpemahaman sekalipun. Ahh, saya rasa itu tergantung bagaimana
pribadinya, tapi setidaknya, apakah tidak malu kepada Sang Maha Segalanya jika
perbuatan kita selalu buruk padahal kita aktif mengaji, menuntut agama??
Cerita
tadi menegaskan Jangan sesekali mencampur antara yang Hak dan batil, yang belum
tahu antara kebenaran atau kesalahannya karena “Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela” (QS.Al Humazah : 1)
Dan
jika kita mengetahui aib dari saudara hendaklah ditutupi jangan justru
disebarkan ke yang lain… “……jauhilah
banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu
menggunjing sebagaian yg lain. Apakah ada di antara kamu suka makan daging
saudaranya yang sudah mati? …” (QS. Al Hujurat : 12)
“……hendaklah mereka mengucapkan
perkataaan yang lebih baik(benar)……” (QS. Ai Isra’ : 53)
Hal
tersebut memang sudah biasa, dan saya tidak mau ambil pusing, karena kita
sama-sama tahu, sama-sama menuntut ilmu, toh kita sendiri yang akan
mempertanggungjawabkan perbuatan di hadapan Allah kelak…
*Nduk, memang belum tentu bekal agama
dari kecil dapat menjadikan baik sekarang ini, dan ternyata di luar sana juga
belum tentu orang lain suka melihat keluarga kita bahagia, nasehat ibu ^_^
Tak sekedar mengaji,
pemahaman dan juga implementasinya juga harus berbobot,
*Maqamhaji,
penghujung tahun 2012 : 10:14 am*
0 komentar:
Posting Komentar